Suatu pagi, saya beli penyetan. Bukan di langganan saya biasanya, tapi di tempat lain.
Basa-basi sama penjualnya, ngobrol sana sini sampai akhirnya kami pada topik obrolan: BANJIR.
Ya, akhir-akhir ini Sidoarjo banjirnya parah. Air menggenang tinggi, dan susah surut.
Si ibu penyetan ini lalu bercerita, bahwa rumahnya kemasukan air berlumpur, semata kaki. Dia lalu bilang betapa lelahnya dia membersihkan rumah, mengepel, menjemuri barang-barang, sampai-sampai dia demam.
Sebagai orang yang baik hati dan penuh empati (serius), saya pun manggut-manggut dan menghibur.
"Yah, dilakoni aja Bu. Ngrasakno banjir,"
Si Ibu lalu menjawab saya dengan sedikit sinis.
"Ya njenengan bisa ngomong gitu, karena njenengan mana pernah kebanjiran. Situ enak, tinggal di GF (nama perumahan), tanahnya tinggi bla bla,"
Jreeeng ... seketika Hamdan ATT melintas di benakku.
Aku merasa orang termiskin di duniaaaa
Yang penuh derita bermandikan air mataaaaa
Ya, kadang saya bertemu dengan orang-orang ala Hamdan ATT ini. Merasa dirinya adalah orang "termiskin dan termenderita" di dunia. Memandang orang lain sebagai orang yang lebih enak. Trus, dengan seenaknya bilang "Situ kan enak. Situ gak pernah ngrasain bla bla bla,"
Kembali pada si ibu penyetan.
Andai saja dia tahu, BANJIR is my middle name :D
Banjir air bening semata kaki? Pernah.
Banjir selutut air berlumpur? Pernah.
Banjir sepaha dengan air berlumpur dan penuh sampah? Pernah.
Tiap hujan rumah selalu banjir? Pernah.
Nggak hujan tapi rumahnya banjir? PERNAAAAAH. It is called ROB!
Numpang mandi di tetangga dan diberi nasi bungkus oleh Vihara gara-gara banjir? Pernah!
I am originally from Semarang. Ada lagunya kan, Semarang kaline banjir?
Apalagi saya tinggal di sebelah banjir kanal. Kalau tanggulnya jebol, airnya melupa, wassalam. Selamat tinggal baju-baju di lemari dan alat elektronik :D
Yang saya selamatkan waktu itu hanyalah ATM dan sedikit perhiasan yang langsung saya pake semua (koyok wong gendeng pating crentel).
Jadi, janganlah kita berburuk sangka pada orang yang berusaha empati pada kita.
Janganlah berucap "kamu gak ngrasain sih. Coba kalau kamu jadi aku bla bla"
Bisa jadi, yang dia alami jauh lebih parah daripada yang kamu alami, cuma dia nggak berisik.
Contoh lain lagi.
Ada ibu-ibu yang demen mengeluh anaknya dibully.
Saya pun bilang, "Dikasih tau aja Bu. Namanya juga anak-anak. Kadang mereka nggak ngerti. Main-main tapi kebablasan,"
Eh lhadalah, ngamuk.
"Ini bukan main-main, ini sudah berupa kekerasan bla bla bla. Ibu nggak ngrasain sih kalo anaknya dibully. Kalo sampe ada apa-apa sama anak saya, bagaimana????"
Jreng ... Hamdan ATT lewat lagi.
Andai dia tahu, bahwa saya adalah korban kenakalan anak-anak di masa SD. Saya nggak mau menyebut anak TK dan SD sebagai pembully. Karena sejatinya mereka belum tahu apa yang mereka lakukan.
If only she knew that I live now with one eye only because of what she called "bullying".
If only she knew that I spent 1 month in hospital because of that :))
Percaya padaku.
Jika ada masalah menghampirimu, legowo saja. Jangan merasa bahwa orang lain hidupnya lebih enak darimu.
Kamu nggak pernah tahu lho, apa yang sudah/pernah dihadapi orang tersebut.
Karena, nggak semua orang suka teriak ala Hamdan ATT.
Aku merasaaaa orang termiskin di duniaaaa
Yang penuh derita, bermandikan air mataaaa
Ai lap yu pul mbak'e! mari tertawa sama sama, eeh nangis apa ketawa? Tulisane apiikk!
BalasHapusEnak ketawa karena tertawa baik untuk kesehatan ^^
HapusAh, I see.. Aku masih hampir selalu di posisi 'kamu enak'. Andai dia tahuuuu *aku nyanyi Kahitna wae
BalasHapusLebih baik ada di posisi yang diHamdan ATT-in daripada kita yang jadi Hamdan ATT
HapusSering berada di posisi itu, hikshiks... Kadang tergoda pingin curhat juga biar ada yang tau penderitaanku *halah*. Tapi emoh lah. Mending tulis dadi naskah oleh duit *matre*
BalasHapusCurhat itu gapapa. Ngeluh di juga gapapa wong namanya kehidupan. Tapi janganlah kalo ada yang mencoba berempati, trus diskak mat "kamu mana tau, kamu kan ga pernah ngrasain"
HapusSakiiiiit.
Sakit lagi kalo dibilang gini: "kasihan ya anaknya dibully. Anakku udah kerja sih jadi udah bisa lindungi diri sendiri."
BalasHapusKasihan oh kasihan. Maksud hati ingin dapat solusi apa daya hanya dikasihani.
Hahahaha iya. Di satu sisi, pihak yang lain juga kadang berempati dengan cara yang salah ya.
HapusLagi curhat soal bisul, eh yang dicurhatin bilang "Halah bisul kecil aja loh. Gue dong, bisul segede panci teflon kagak pernah ngeluh"
Two sides :)
Jadi, sebaiknya kalo dicurhatin manggut-manggut aja, dan no comment.
pengin komentar, tapi tapiiii...
BalasHapus.....
,,,,,,
aku sering jadi si ibu yg kerap ber-Hamdan ATT ntuh :((((
*nangis*
makasi udah kirim reminder ya mbakkuuuuuu
Kalo curhat dan dihibur, terima aja Buuuu. Jangan balik nyolot. Kasian yg dicurhatin xixixi.
HapusAaaah Hamdan ATT suka deh :P aiih cetar tersentil dengan postingan ini dan berasa juga sering banget ketemu orang enggak empati begitu. Terutama soal anak yang dibully hiks.... baiklah mari kita bangkit nyari lagu lain :)
BalasHapusJangan tersinggung yaa. Mari saling menghibur;
HapusKeren!
BalasHapusIya. Paling sebel sama orang-orang yang suka memberikan peran "victim" pada dirinya. Ya sudah. Dia ngeluh terus berarti belum lulus ujian. Dia pantas mendapatkannya. Grrr
Ggggrrrr hihihi
HapusHai mbak, aku sudah sering dengar nama kondangmu tapi baru sekarang mampir ke blog ini berkat link dari blog Nurul. Dan langsung ngekek pedih. Sering bgt pengin ngguncang2 badan orang sambil bilang kalau hidupku itu sebenere jauh lebih rekoso. Tapi yo ngopo ngadul2 penderitaan? Ora ngubah keadaan juga. I feel you wes pokokmen :))
BalasHapusHai Mbak Lusi ^^
HapusKondang apaneee hihihi.
Makasih ya udah mampir dan mau baca curhatku.
Betul. Mengeluh itu wajar, namanya orang hidup pasti ada capeknya. Yang gak wajar itu kalau dihibur terus nyolot :)