Selasa, 06 September 2016

Menahan Diri di Era Internet

Saya amat suka serial komedi "How I Met Your Mother".
Tiap pagi, pasti saya nongkrong di depan TV untuk menyaksikan dua seri yang diputar di Star World itu.
Well, sebenarnya saya udah tahu endingnya (nonton online hihihi karena penasaran ih). Namun, saya tetap menikmati seri per seri.

Menurut saya, tokoh-tokoh di film ini sungguh kuat. Namun, kali ini saya bukan hendak membahas hal itu.

Saya cuma mau cerita, kalau tadi pagi, ceritanya tuh si Ted Mosby mau kencan. Dan, dengan hebohnya, para sahabat Ted mencari informasi teman kencan itu, lewat internet.
Hal itu selalu mereka lakukan jika ada salah satu di antara mereka yang baru mulai berkencan.
Hasil temuan mereka dari internet, ternyata macam-macam.
Ada yang ternyata istri napi (yang masih dibui).
Ada yang pernah ditangkap sebagai pengedar narkoba.
Ada yang (dulunya) cowok, sekarang jadi cewek --> ini sih khayalan si Ted.
Ada juga yang ternyata cihuy hebring sehebring-hebringnya.

Cerita ini, membuat saya berpikir. Ternyata, memang benar ya orang mencari informasi tentang diri kita sampai dengan cara seperti itu.
Apalagi di jaman internet ini, apa yang kita tulis, kita ungkapkan, bisa dibaca berjuta-juta orang.

Saya lalu teringat cerita seorang teman yang bekerja sebagai HRD.
Ternyata, beberapa HRD pun melakukan background checking di internet. Tentu, selain rangkaian tes yang mereka lakukan untuk memastikan capability si calon karyawan.
Ada juga ibu-ibu yang menyelidiki calon mantunya dari internet.
Stalking habis-habisan :))

Ternyata, memang benar sudah sampai segitunya.
Saya jadi bersyukur, saya tidak perlu diselidiki oleh HRD manapun, wong saya kerja di rumah.
Saya juga nggak perlu diselidiki oleh camer manapun, wong saya udah punya suami.

Pelajaran yang bisa saya tarik dari hal ini adalah, menjaga perilaku di dunia maya.
Apakah itu artinya jaim?
Suka-suka dong, kan saya posting di akun saya sendiri. Di dinding saya sendiri. Situ kok rempong?

Hmm ... saya lalu teringat dengan ajaran guru PMP (yaelah ... PMP, apa pula itu??) bahwa kita memang mahluk bebas. Namun, kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain.
Betul, kita memang boleh suka-suka tulis apapun di dinding rumah kita.
Tapi mosok ya kita mau menulis dinding rumah kita dengan kata-kata tak pantas? Bisa-bisa, tetangga ngeri dan enggan kenal dengan kita.

Kalau mau nyampah, kan bisa coret-coret dinding kamar tidur :)
Di sana yang bisa lihat hanya kita dan keluarga kita. Bukan orang umum.
So, itulah gunanya setttingan "public", or "friends only" atau malah diprivate.

Ih, jaim banget. Munafik!
Bukan ... bukan jaim. Apalagi munafik.
Kalau munafik itu, kita berpura-pura lucu, padahal tidak lucu. Berpura-pura baik, padahal tidak baik. Berpura-pura ramah, padahal tidak ramah.
Capek bin lelah, Bro and Sist ... kalau kita berjaim ria dan bermunafik ria.

Menurut saya, sebaiknya sih kita menyimpan yang jelek dan negatif untuk diri kita sendiri. Orang lain nggak perlu tahu. Menahan diri.
Sebarkan saja yang positif dari diri kita. Semua manusia pasti punya sisi positif, kan?

Ibaratnya saya suka ngupil, masa sih saya kudu ngupil di arisan RT?
Tentu tidak.
Apa itu artinya saya harus berhenti ngupil selama-lamanya?
Tentu tidak.
Ngupil secara private dong ... di kamar mandi xixixi.

Udah. gitu aja.

Buah mengkudu buah cempedak.
Boleh setuju boleh juga tidak.
Kalau Papa, suka buah duku
Jangan lupa, beli buku-bukuku






8 komentar:

  1. dan, baca doa bukan cuma mo masuk pasar/mall aja, sebelum onlen pun kudu baca doa ... biar dijauhkan dari keinginan curhat2 gaje plus kalap beli2 baju di olshopnya mbaksis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha iya juga. Godaan pempek online, paru balado online :D

      Hapus
  2. Wah... itu serialnya keren ya, Mbake Dian.
    Nanti saya pantengin. Siapa tau banyak ide bertebaran hehehe...
    Saya kalau lihat star world, paling Next Top Model doang hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan ada anak2 ya nontonnya. Soale ada Barney Stinson yang playboy kelas berat. Target hidupnya hanya cewek dan cewek. Tapi dia kaya dan kariernya hebat.

      Menurutku, setiap karakter di film ini is very very strong.

      Hapus
  3. Setuju. aku belum pernah lihat film ini. Jadi kepengin lihat. Pagiku mesti Korea RTV. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haa, Korea. Aku gak berani, takut kecanduan. Inget jaman 90an kecanduan serial Taiwan. Numpang nonton di tante kost yang punya parabola.

      Hapus
  4. Kalau mengutip istilah mas Nukman Luthfie, namanya jejak digital. Semua aktivitas kita di media sosial terekam dan akan bisa dilacak kembali. Maka perlu berhati-hati di internet. Orang bisa lupa, tapi internet menyimpan semua yang di-post. :)

    *tiba-tiba ngeri sendiri*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kalau saya lihat di filem filem FOX Crime itu, katanya juga begitu. Meski sudah dihapus kayak apapun, tetep bisa dilacak. Huhuuu

      Hapus

Happy blogwalking, my dear friends ^^