Minggu, 23 Februari 2014

Grasindo Goes to Surabaya - 22 Februari 2014

Monica Anggen, adalah salah satu sahabat saya di dunia menulis. Biarin, saya memang ngaku-ngaku sahabatan ama dia, meski kami juga tak selalu berinteraksi intens karena kesibukan masing-masing.
Intinya, saya sudah cukup lama berteman dengan Monica. Dan saya cukup tahu "derita"nya di dunia penulisan ini. Saya masih ingat sekali kami bergosip ria di rumah saya, entah tahun kapan itu ya? Gerald masih playgroup deh.

Sekarang, Monica sudah bertransformasi menjadi penulis novel yang cukup diperhitungkan keberadaannya. Novel-novelnya, muncul terus dan terus.
Di tangan saya sekarang, ada novelnya Sunrise at the Sunset, dan menurut saya Monica telah bertransformasi secara luar biasa.
Jujur, saya sampai nyatetin berbagai "show don't tell" di novel ini, dan akan mempelajarinya untuk novel saya sendiri.

Beberapa hari yang lalu, Monica inbox saya. Dia menawarkan saya apa mau ikut acara meet and greet penulis Grasindo. Pertamanya saya mikir, wong saya bukan penulis Grasindo. Novel saya juga masih satu biji. Selain itu, naskah PSA saya juga gatot alias gagal total, wkwkwk. Malu dong kalo ketemu mbak-mbak editor yang juga juri PSA.
Tapiiii, lalu saya mau saja.  Karena ndilalah pas saya bilang ke suami, suami mengijinkan. Ah, dia memang suami yang baik. Tahu aja kalau istrinya ini galau terus dengan novelnya.

Monica pun berbaik hati memberikan tumpangan pada saya, sampai akhirnya nganterin saya pulang dan tersesat di belantara perkampungan. Huhuhu, semoga Allah membalas segala kebaikanmu, Mon.

OK, sekarang saya akan cerita tentang apa yang terjadi di acara itu. Postingan ini saya buat karena Mbak Tatit Ujiani minta saya nuliskan. Maklum, tadi pagi acara nggosipnya terkendala waktu karena sebagai ibu-ibu kami masih harus masak, ngepel, dan nyuci.

Inti acara itu adalah, talkshow empat orang penulis Grasindo. Mereka membeberkan behind the scene novel-novel terbaru mereka, dan membuka sesi tanya jawab.
Sesi tanya jawab ini seru, karena banyak tips yang menarik yang bisa saya terapkan untuk diri saya sendiri.
Misalnya, saat saya bertanya (horee, dapat hadiah novel Seruak), bagaimana kalo kita "eneg" karena nulis novel itu kan lamaaa dan nggak selesai-selesai. Apa yang para penulis itu lakukan ketika kejenuhan melanda?

Saya paling suka jawaban dari Mbak Prisca.
Dia bilang, biasanya dia akan bikin cerpen, yang tokohnya dia ambil dari novel yang sedang dia tulis. Jadi kayak semacam bikin cabang cerita gitu, tapi berupa cerpen.
Dia menganjurkan, si tokoh sebaiknya tetap sama, tapi isi ceritanya boleh sesuka-suka kita.
Jangan mengganti tokohnya, karena dia kawatir nanti malah kita jadi keasyikan nulis cerpen itu, dan lupa karakter asli si tokoh novel.

Great idea, saya akan mencobanya!

Kalau jawaban dari Monica Anggen, mirip sekali dengan pengalaman saya. TIDUR.
Dan biasanya di alam mimpi, plot-plot novel itu terangkai sendiri dan nanti pas bangun ... triiiing, siap melanjutkan novelnya :)
Saya juga sering begitu. Dan saya pikir, kami termasuk orang-orang beruntung karena tidak semua orang mendapatkan anugerah seperti itu.

Saya senang sekali mendengar teman-teman penulis ini sharing. Apalagi dengan Monica, saat perjalanan pulang kami banyak mengobrol tentang how to write a novel. Saya belajar banyaaaaak sekali dari dia. Thanks a bunch, Mon. Obrolan kita membuat semangatku berkobar lagi.

Di acara ini, saya juga bertemu banyak penulis yang sudah saya kenal di dunia maya.
Ada Mas Abe yang ganteng (dan narsis haha), ada Widya Ross yang kecil-kecil cabe rawit, ada Tikha huaaa kita ketemu lagi. Tikha ini dulu sekelas dengan saya di kelas menulis Gradien. Ada juga Wulan (dari kelas Gradien juga) yang sayangnya saya nggak tau kalo dia hadir.
Ada juga Mbak Titie Surya yang ramah, dan Mas Yohannes Okta yang pendiam. 

Oya, saya juga ketemu Mbak Dini, penulis BIP yang bilang bahwa dia tahu saya saat gathering di BIP September lalu. Orangnya ramaaah banget. Sempet ngobrol dan ternyata beliau sudah jadi editor freelance di penerbit. Kapan-kapan ketemu lagi ya, Mbak.

Dan ternyata, editor-editornya Grasindo ramah-ramah. Mbak Mira dan Mbak Anin, dengan sangat terbuka mempersilakan kami-kami ini untuk mengirim novel, atau non fiksi pada mereka.
I will Mbak, tunggu akuuuuu. Pengen sih nulis non fiksi, kalo novel kayaknya masih deg-deg plas gitu deh hehehe.

Jadi, begitulah singkatnya pertemuan kami saat acara kemaren.
Acaranya seru, nggak bisa diceritakan dengan sekadar tulisan di blog. Buanyaaak sekali tips-tips menulis novel dishare oleh para penulis Grasindo ini.
Sebagai seorang yang biasa menulis cerita anak super pendek-pendek, tentu tips dari para novelis ini amat berguna bagi saya.

Come on, Dian. You can write your next next and next novels!








7 komentar:

  1. Ada nama saya!
    Ada nama saya! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaa, dan aku masih nyesek nggak ketemu denganmu. Huhuhu, Wulan terlaluuuu

      Hapus
  2. Makasih sudah berbagi cerita. Asyiik

    BalasHapus
  3. Ayoooo ce semangat nulis novel... hihihi

    BalasHapus
  4. Ayoooo ce semangat nulis novel... hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa, ini lagi menyelesaikan satu novel yang tak kunjung usai. Udah selesai sih, tapi self editnya lamaaaa

      Hapus
  5. hai.. postingannya keren.. setidaknya udah ngasih gambaran gimana acaranya grasindo yang ada di Surabaya, soalnya tanggal 22 giliran Jogja yang disamperin grasindo. mau cari gambarannya dulu, dan semoga Jogja gak kalah seru dari Surabaya, hehe

    BalasHapus

Happy blogwalking, my dear friends ^^