Salah satu bahasan di buku ini adalah, tentang wanita perokok. Betapa masyarakat kita begitu kejam menghakimi wanita perokok, namun membiarkan pria perokok mendapat predikat macho.
Wanita,
kok Merokok?
“Ih,
perempuan apaan tuh? Pakaiannya aja tertutup rapat, tapi kok merokok? Kayak
cewek apaan deh …,”
Merokok,
jelas berbahaya bagi kesehatan. Bisa menyebabkan kanker, penyakit jantung,
impotensi dan kemandulan. Itu sudah jelas, dan niscaya. Nggak perlu diperdebatkan
lagi. Jadi, kenapa harus merokok?
Please,
sayangi dirimu.
Imbauan
ini, aku tujukan kepada SEMUA perokok. Bukan kepada WANITA perokok.
Sayangnya,
yang terjadi di masyarakat salah kaprah. Pria merokok dianggap normal (Well, dan tak dipungkiri, ada juga yang
menganggapnya jadi macho dan keren). Sedangkan wanita?
Ayo,
pada jujur deh. Apa tanggapanmu tentang wanita perokok? Pasti negatif kan?
Cewek
nakal? Urakan? Doyan dugem? Frustrasi? Free sex? Narkoba? Hehehe …
Kasihan
juga ya . Kenapa wanita dihujat karena merokok?
Coba,
mana ada ibu yang mau punya menantu wanita perokok? Pasti ngibrit marah-marah
dan minta anaknya mutusin si cewek. Kecuali jika si ibu juga merokok, hahaha!
OK,
mari kita telaah.
Sudah
benarkah penilaian kita terhadap wanita perokok? Apa iya, wanita-wanita itu
adalah wanita “nggak bener”?
Sudah
ditanya? Sudah dites ketidakbenarannya?
Jika
belum, wah berarti kita sudah berprasangka buruk dong. Padahal, (lagi-lagi) berprasangka
buruk itu dosa besar, kan?
Suami
saya punya sepupu. Wanita baik-baik, bahkan berpakaian sesuai dengan anjuran
agama. Tapi dia merokok!
Bagi
saya, yang pertama kali melihat wanita berjilbab dan merokok dengan santainya,
saya nyaris pingsan!
Saya
mencolek suami, “Kok ngerokok sih? Rada nggak bener nih sepupumu,”
Suami
saya melotot.
“Ibuku
(almarhum) juga ngerokok. Dan beliau guru agama lho,” bisiknya.
Gubrak
… saya memang nggak mengenal mertua saya. Beliau udah meninggal saat usia suami
saya masih bayi. Jangan-jangan penyakitnya dulu itu akibat banyak merokok? I don’t know … may she rests in peace.
Suami
saya memandang saya.
“Kenapa
ya, di kota-kota besar, wanita perokok identik dengan wanita nggak bener?
Padahal nggak kan? Merokok kan bukan dosa? Apanya yang nggak bener?” gumamnya.
Saya
terkekeh, “Lho, bukannya merusak tubuh itu termasuk dosa? Nggak boleh loh,”
sahutku.
“OK
lah, dosa. Itu dosa SEMUA perokok. Bukan khusus wanita. Kenapa hanya wanita
yang disorot?” jawab suamiku.
Glek
… mati kutu deh saya!
Saya
lalu teringat kata-kata seorang motivator andal. Perkataannya itu dulu sempat
menyinggung banyak wanita perokok. Katanya, wanita perokok itu tak layak
dinikahi. Huaaa, pernyataan itu langsung membuat ramai jejaring sosial.
Sebagian
mengamini perkataan si motivator, sebagian lagi marah-marah tak jelas.
Hmm,
kalau dipikir-pikir memang rada aneh juga ya. Bagaimana dengan pria perokok?
Layak dinikahi nggak?
Rasanya
terlalu dangkal ya kalau kita nge-judge layak dan tak layaknya seseorang untuk
dinikahi, hanya dengan apakah dia merokok?
Begitu
banyak aspek kehidupan. Begitu banyak sifat, kebaikan, dan keburukan manusia di
dunia ini. Kenapa penilaiannya hanya pada sebatang rokok yang terselip di
bibir?
Nggak
adil ah!
Bukan
berarti saya pro perokok ya. Tapi saya sedang berusaha tidak menghakimi seorang
wanita hanya karena dia merokok.
Kalau
bisa, saya sih maunya dunia ini bersih. Nggak ada yang merokok. Apalagi pria,
sebagai bapak pencari nafkah. Sering lho, saya melihat pria pengangguran, yang
nggak mampu belikan anak makanan, tapi sanggup beli rokok! Padahal, sebatang
rokok bisa dibelikan sebutir telur L
Ah,
saya jadi ngalor ngidul begini.
Intinya,
wanita yang merokok itu, belum tentu wanita yang nggak bener, yang nggak layak
dinikahi, doyan dugem dll dll. Tapi memang tak bisa dipungkiri juga, di tempat
dugem banyak wanita yang merokok. Biarin deh, aku rasa mereka tahu kok resiko
dan bahayanya rokok pada tubuh mereka. Mereka kan, sudah dewasa.
Pada
kasus sepupu suami saya, ia memang merokok dari kecil. Kenapa? Karena ia dulu
tinggal di kampung di daerah Sumatera sana. Di sana, para wanitanya pada
merokok karena nggak mau mengunyah sirih. Jadi, wajar saja jika sepupu suami
saya itu merokok, karena dia melihat ibu dan tante-tantenya juga merokok
(termasuk ibu mertua saya).
Saya
rasa, yang perlu disadarkan akan bahaya merokok ya SEMUA orang. Bukan hanya
wanita.
Kalau
kita merasa wajar melihat pria merokok, harusnya ya merasa wajar juga melihat
wanita merokok. Nggak usah repot menghakimi dan berburuk sangka.
Jika
kita mau bilang bahwa merokok itu merugikan diri sendiri, dan membahayakan
kesehatan, mari kita sebarkan pada semua perokok. Say no to rokok!