Minggu, 17 September 2017

Menulislah yang Kau Bisa - catatan kecil dari workshop Room to Read

Disclaimer:
Tips ini sangat subjektif. Ada penulis lain yang justru ingin menulis di luar hal-hal yang mereka bisa. Jadi, jika setuju terapkanlah. 
Jika tak setuju, abaikanlah. 


Selalu ada saja yang bertanya, apa kunci untuk produktif?
Saya selalu menjawab, fokus.
Saya hanya fokus pada cerita anak. Sesekali bolehlah menantang diri di cerita dewasa, cerita remaja, dll dll, tapi saya tidak fokus di hal tsb.

Selain itu, saya menulis hanya yang saya bisa dan saya pahami. Kenapa? Supaya enjoy.
Kalau enjoy, tentu proses menulis jadi cepat, dan hasil tulisan terasa lebih 'bernyawa'.

Saya mau cerita saat workshop Room to Read.
Semua penulis diminta untuk membuat 3 naskah berdasarkan hal ini:
1. Karakter 3 dimensi
2. Tema
3. Adaptasi cerita rakyat


Pertama: 
Saat membuat naskah berdasarkan karakter 3 dimensi, saya langsung membayangkan diri saya di masa lalu, ditambah pengalaman teman-teman saya yang sealiran dan sepaham dengan saya.
Jadi, saya paham dan menguasai betul si karakter saya. Bagaimana tidak? Dia adalah kombinasi saya dan teman-teman dekat saya.
Settingnya pun saya pilih, Jawa Tengah. Provinsi di mana saya dilahirkan dan tinggal sampai lulus SMA.
Alhasil, dengan bantuan editor dan mengalami proses revisi, naskah ini berhasil saya tuliskan. Hasilnya lucu ^^


Yang kedua:
Membuat naskah berdasarkan tema. Tema yang diajukan lumayan berat-berat, contohnya ada mental illnes, disleksia, disability, ex-conflict, fear of something, bencana alam, toleransi, mixed race, dll.
Saya udah pasrah. Kami kudu rebutan, soalnya. Hehe, saya nggak jago rebutan.
Waktu itu saya mikir, kalo harus dapat tema yang sulit pun, ya sudah. Dicoba aja.

Namun, mata saya menangkap tema 'traditional ghost'. Meski saya nggak tahu mau nulis hantu apa, saya comot aja duluan. Karena bayangan saya pertama kali tentang traditional ghost adalah: LUCU.
Saya pun sigap mengambil tema itu, langsung robek dari dinding, hahahaha.

Setelah itu saya mikir. Hantu apa ya?
Kembali lagi, saya menengok ke masa kecil saya. Saya teringat hantu yang sangat happening di masa itu, dan hanya ada di wilayah Jateng dan DIY (terbukti teman-teman yang dari Jatim dan Jabar, tidak ada yang tahu hantu ini).
Dari bentuk si hantu, maka saya membuat cerita yang alhamdulillah dipuji oleh super mentor, Alfredo, sebagai 'funny, original' child friendly' and NOT casper'.

Sebagai orang yang suka lucu-lucuan, maka hantu pun jadi lucu di naskah saya.
So, menulislah apa yang kamu suka, dan apa yang kamu kenal.

Yang ketiga:
Membuat naskah adaptasi cerita rakyat. Kami diberi dua naskah cerita rakyat yang orisinal, lalu diminta untuk mengadaptasinya.

Saya beruntung, satu cerita berasal dari Rejang, Bengkulu (kampung suami saya), dan satu cerita lagi dari Jawa Tengah. Horee.

Saya pun membaca dua cerita itu, dan memutuskan untuk mengadaptasi keduanya. Pikir saya, nanti lah dipilih lagi mana yang mau disetor.

Setelah mengadaptasi dua cerita tersebut, eh ternyata saya lebih enjoy mengerjakan yang cerita Jateng. Ya lagi-lagi karena saya paham latar belakang ceritanya, saya tahu daerah yang disebut di cerita itu. Jadi lebih enjoy, dan ternyata hasilnya juga lucu (duh saya mah bisanya bikin yang lucu-lucu).

Nah, begitulah pengalaman saya.
Saya menulis hanya yang saya paham, dan saya suka.
Saya sering lho menolak order menulis, karena saya nggak paham. Misalnya, sains untuk anak.
Duile, boro-boro bikin buku sains. Membaca saja saya keliyengan.


Jadi, salah satu kunci produktif ya itu tadi.

Semangat menulis ya teman-teman.

Ingat, jadi penulis itu asyik. Jangan takut untuk terus menulis. Tidak ada pekerjaan yang lebih asyik daripada jadi penulis ^^


Iklan:
Buku terbaru saya bisa, hanya @35 ribu rupiah. 
Bisa didapatkan di seluruh toko buku dan bisa juga beli langsung di Penerbit Kanisius, Jogjakarta. 



7 komentar:

  1. tak ada pekerjaan lebih asyik daripada jadi penulis..terimakasih vitaminnya mbakk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, di mana lagi bisa dapat pekerjaan yg kerja di rumah, gak perlu busana kerja, bisa sambil ngawasin anak, sambil nongkrong ke tetangga, masih bisa belajar ngaji, dll dll.

      Hapus
  2. Yang paling enak memang menulis dari yang kita pahami dan kita kuasai, kok mbak Dian. Dan menulis memang asyik :)

    BalasHapus

Happy blogwalking, my dear friends ^^