Kamis, 09 April 2015

Mengeluh ...

Siapa bilang perempuan nggak boleh mengeluh?
Boleh dong.
Namanya juga manusia. Kalau Wonder Woman, nah itu dia nggak boleh ngeluh. Wong sudah pakai baju ketat gitu, bisa terbang, kok masih ngeluh.  Bisa dicabut sertifikasinya sebagai super hero.

Di socmed, seringkali saya melihat perempuan mengeluh.  Sah-sah saja.
Ada yang mengeluhkan masalah anak, dan meminta solusi. Nah ini keluhan yang keren. Karena sekalian para pemirsa (kayak saya) bisa belajar.
Misal :
Duh, anak saya nggak bisa BAB udah tiga hari ini. Ke dokter sudah, dikasi Microlax dan Lactobe. Tapi setelah obatnya habis, nggak bisa BAB lagi. Saya stress! Anak saya jadi nangisan. Gimana ya?

Keluhan semacam ini, biasanya akan ditanggapi rame-rame. Ada yang menyarankan ini, itu dll. Jadi para pembaca bisa belajar.
"Oooh, lain kali kalau anakku susah BAB, aku bisa mencoba cara A, cara B dst,"

Namun hati-hati.
Kadang, kita kaum perempuan (ibu-ibu) sering kebablasan dalam mengeluh, sehingga tidak sadar telah membuka aib keluarga kita sendiri.

Contohnya gimana?
"Sulungku bikin keki. Semalam dia bau rokok. Ternyata, dia merokok bareng teman-temannya. Padahal dia ngakunya pergi belajar, namun malah nongkrong di kafe,"

Bu ibu, hati-hati ya. Kalau anak Ibu membaca status yang kayak gini, bagaimana perasaanya?
Jika ibu-ibu ingin mencari solusi untuk anak yang membohongi ibunya, monggo diskusikan dengan suami, keluarga, atau psikolog bahkan ustadz.
Kalau diumbar di socmed, rasanya kayak menorehkan arang di wajah anak kita sendiri. Tega?

Contoh lain lagi.
"Harga-harga semakin mahal, padahal uang belanja nggak naik. Hidup harus mengetatkan ikat pinggang!!!!! Kalau begini terus, stress!"

Tettooot, sekali lagi ... hati-hati Bu.
Kasihan suami kita yang sudah bersusah payah mencari nafkah, Memberikan seluruh nafkahnya pada kita, dan kita mengeluh di socmed? Dibaca ribuan orang, menunjukkan ketidakmampuan suami kita dalam menyenangkan dan mencukupi istrinya?
Bagaimana perasaan suami kalau melihat istrinya "lapor" pada dunia, bahwa hidup mereka sedang sulit? Bahwa mereka sedang mengetatkan ikat pinggang?

Saya dulu dilahirkan dari keluarga miskin. Miskinnya kaum perkotaan.
Untuk makan, kami sering dibantu sama tetangga yang punya toko kelontong. Mungkin dia prihatin, melihat Ibu dan 6 anaknya yang nampak kurus-kurus hehe. Gampangnya, kami diberi kemudahan dalam berbelanja.


Yang saya ingat pasti dari omongan Ibu saya waktu itu, jangan mengumbar masalah keluarga.
Jangan sampai orang luar tahu (dari mulut kami sendiri) bahwa kami ini susah. Apalagi kalau sampai mengeluhkan Ayah yang begini, begitu, nunggak SPP dll. Pamali.

Ibu tak pernah mengeluh sedikit pun. Dia bahkan memasak apa saja untuk dijual.
Enting-enting, widaran, kue pia, kerupuk (sampai sekarang ibu saya masih nggoreng dan menjual kerupuk bungkusan).

Ibu saya nggak pernah ngomong ke tetangga "wah hidup semakin sulit ya"

Ibu hanya terus bekerja keras, jualan sana sini naik sepeda onthel, dan tetap memiliki martabat sebagai istri dan ibu.  Tanpa keluhan, membuat orang mengacungkan jempol padanya.

Jadi, mari berhati-hati dalam mengeluh di socmed maupun di dunia nyata. Dipilah dan dipilih, mana yang akan mempermalukan keluarga kita, dan mana yang tidak.

Saya, di masa lalu, juga sering mengeluhkan perilaku anak. Namun seiring dengan berkembangnya waktu, saya belajar menguranginya. Mereka punya hak untuk dilindungi martabatnya. 
Apalagi suami. Wah, nggak berani saya mah. Kalau sudah menyangkut nafkah dan keuangan, saya tak berani ngomong secuit pun hehehe. Saya tahu kerja kerasnya pagi sampai malam, mosok saya tega bikin status "Duit 50rb sekarang ndak ada artinya. Huhuhu, gimana ini?"

Intinya, jagalah martabat keluarga kita. Di mana pun, kapan pun. Kayak teh botol itu loh.







Disclaimer :
Postingan ini bukan melarang ibu-ibu untuk ngeluhin duit belanja lho. Hihihi, tapi hati-hati saja jangan kebablasan. Oke sip?








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Happy blogwalking, my dear friends ^^