Selasa, 23 Juni 2015

Menulis Ulang Cerita Rakyat untuk Anak? Bagaimana bedanya?

Temans, rupanya masih ada kegalauan dalam hal menulis ulang cerita rakyat.

Seperti apa sih, menulis cerita rakyat dengan target pembaca umum?
Lalu, bagaimana jika target pembacanya anak-anak?

Saya akan cantumkan dua cerita berjudul sama, yang berasal dari dua buah buku saya. Keduanya memiliki target pembaca yang berbeda.

Silakan dibandingkan sendiri ya ^^


Cerita yang ini, berasal dari buku saya yang pertama. Buku ini berisi lebih banyak teks, dan target pembacanya adalah umum.


LORO JONGGRANG - DIY 





Loro Jonggrang, putri Raja Prambanan, amat sedih dengan kematian ayahnya.
Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging telah membunuh ayahnya dan mengambil alih kekuasaan.

Ia lalu mengajak Bi Sumi, pengasuhnya, untuk meninggalkan istana. Ia ingin melupakan semua kenangan di istana itu.
Saat keduanya keluar melalui pintu gerbang utama, sekelompok pasukan telah mencegat mereka. “Mau kemana kalian? Kami diperintahkan untuk menjaga Putri Loro Jonggrang.”
“Maaf Tuan, kami hendak pergi dari istana ini,” jawab Loro Jonggrang.

Tiba-tiba terdengar suara dengan nada berwibawa, “Loro Jonggrang...kau tak boleh pergi dari sini,”
Rupanya itu suara Bandung Bondowoso. Loro Jonggrang dan Bi Sumi gemetar. Mereka takut jika Bandung Bondowoso membunuh mereka.
“A..a..ampun Tuanku. Mengapa hamba tidak boleh pergi?” tanya Loro Jonggrang.
Sambil mendekati Loro Jonggrang, tangan Bandung Bondowoso mengangkat dagu Loro Jonggrang.
”Maukah kau jadi permaisuriku? Kau sungguh cantik. Kau layak menjadi permaisuri Bandung Bondowoso yang termahsyur,” katanya dengan angkuh.

Loro Jonggrang tersentak.
”Kurang ajar. Sudah membunuh ayahku, hendak memilikiku pula?’ pikirnya dengan marah. Ia tak sudi menjadi permaisuri orang yang sudah membunuh ayahnya.   Namun Loro Jonggrang sadar, ia tak boleh gegabah. Sekelebat ide terlintas di benaknya.

“Hamba bersedia menjadi istri Tuan, tetapi tentu saja ada syaratnya. Anggap saja ini permintaan mas kawin dari hamba." katanya.
Bandung Bondowoso menjawab dengan nada meremehkan, "Apapun yang kau minta, pasti akan kuberikan,” jawabnya.
Loro Jonggrang menjawab “Jika begitu, buatkan hamba seribu buah candi Tuan,”
"Seribu buah? Tak masalah, demi dirimu, akan kubuatkan segera," sahut Bandung Bondowoso.
”Namun candi-candi itu harus selesai dalam waktu semalam saja." imbuh Loro Jonggrang.

Bandung Bondowoso tersenyum simpul. Dalam hati, ia membatin.  
“Rupanya wanita ini ingin mengerjaiku. Dia belum tahu siapa aku,”
Tak mau kehilangan wibawanya, Bandung Bondowoso pun mengiyakan permintaan Loro Jonggrang.
  
“Aku akan meminta tolong pada pasukan jin. Seribu candi dalam semalam bukan hal yang sulit bagi mereka.” itu rencana Bandung Bondowoso.  Ya,  dia memang berteman dengan pasukan jin. 

Malamnya, ia mulai melakukan ritual untuk memanggil jin. Sambil mengangkat kedua tangannya, ia berteriak “Pasukan Jin...datanglah! Aku memerlukan bantuan kalian!”. Ia terus meneriakkan kata-kata itu. Dalam sekejap, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso.  
"Apa yang harus kami lakukan, Tuan?"tanya pemimpin mereka.
"Buatkan aku seribu candi dan selesaikan semuanya malam ini juga," perintah Bandung Bondowoso. ”Siap Tuanku!” jawab mereka.
 
Para jin mulai bekerja. Benar saja, dalam waktu yang amat singkat, bangunan candi sudah mulai tampak tersusun. 
Bandung Bondowoso menepuk dada. ”Kau tak bisa lari kemana-mana Loro Jonggrang.” katanya dalam hati.

Diam-diam, Loro Jonggrang mengintip dari kamarnya. Ia tak menyangka bahwa Bandung Bondowoso dibantu oleh pasukan jin. ”Gawat, seribu candi itu akan segera selesai. Aku harus segera melakukan sesuatu. Aku tak sudi menikah dengannya.”
 Loro Jonggrang lalu membangunkan Bi Sumi yang terlelap. ”Bangun Bi, aku butuh bantuan Bi Sumi” bisik Loro Jonggrang sambil menggoyang-goyangkan badan Bi Sumi.
”Bi, apa yang harus kita lakukan? Coba lihat ke arah sana. Bandung Bondowoso memanggil pasukan jin untuk membantunya.” tanya Loro Jonggrang dengan bingung. Bi Sumi memandang keluar kamar. Ia mengucek-ucek matanya seolah tak percaya. ”Candi itu sudah hampir selesai ... gawat!” teriaknya panik.

Bi Sumi keluar kamar. Ia membangunkan semua dayang dan pengawal istana.                        
”Apa yang akan kita lakukan Bi?” tanya mereka bingung. 
Bi Sumi menjelaskan, ”Jin itu takut pada sinar matahari. Jika matahari terbit, mereka akan lari, jadi candi-candi itu tak akan selesai.”
”Tapi itu tak mungkin Bi ... sekarang kan masih tengah malam. Bagaimana bisa ada sinar matahari?” sahut Loro Jonggrang tak mengerti.
”Ssttt...kau diam saja. Ayo semuanya, ikuti aku.” kata Bi Sumi. Mereka lalu mengendap-endap menuju ke sebelah timur istana. 

Bi Sumi memerintahkan para dayang dan pengawal istana untuk mengumpulkan jerami. Loro Jonggrang pun ikut pontang panting mengumpulkan jerami.  Setelah terkumpul setumpuk jerami, Bi Sumi mengambil obor dan membakar semua jerami itu. Selain itu, Bi Sumi juga memerintahkan para dayang untuk menumbuk lesung.

”Dung..dung...dung...” suara lesung ditumbuk pun bertalu-talu. Api semakin besar, semburatnya membuat langit tampak merah.  Diiringi dengan suara lesung yang ditumbuk, suasananya mirip suasana di pagi hari. 
Ayam jago pun tertipu oleh keadaan itu dan berkokok keras-keras. ”Kukuruyukk .... kukuruyukkk ...”

Pasukan jin bingung. Mereka menengok ke langit. ”Wah, matahari sudah terbit. Ayo cepat pergi,” teriak pemimpinnya. Mereka kemudian lari berhamburan. 
Bandung Bondowoso tak memusingkan hal itu, karena ia melihat candi-candi itu sudah berdiri dengan megah. ”Loro Jonggrang pasti akan terpana melihat candi-candi ini,” katanya sambil tersenyum puas.
”Lihat, candi yang kau minta sudah berdiri.” kata Bandung Bondowoso pada Loro Jonggrang. 
Loro Jonggrang menjawab, ”Hamba harus menghitung jumlah candi ini. Betulkah semuanya berjumlah 1000 buah?” 
”Silahkan,”jawab Bandung Bondowoso.                                                  
"997,998,999,dan....jumlahnya kurang satu!" pekik Loro Jonggrang.                                        
"Tuan telah gagal memenuhi syarat yang hamba ajukan".
”Tak mungkin! Aku melihat sendiri para jin membangun candi ini. Atau...jangan-jangan...?” Bandung Bondowoso menatap Loro Jonggrang dengan tajam. ”Apa yang telah kau lakukan?” 

Loro Jonggrang ketakutan dan mundur selangkah. 
”Tak ada seorang pun yang bisa mengalahkan aku. Jika aku menginginkan seribu candi, maka aku akan mendapatkan seribu candi!” teriak Bandung Bondowoso marah. 
”Ampun Tuanku ... tapi hamba tidak salah. Jumlahnya memang kurang satu.” jawab Loro Jonggrang. Bandung Bondowoso menyeringai ”Jika demikian, kau saja yang melengkapinya. Jadilah kau candi ke seribu!” 

Bandung Bondowoso memang sungguh orang yang sakti. Dalam sekejap, tubuh Loro Jonggrang berubah menjadi patung batu. Patung itu melengkapi jumlah candi menjadi seribu buah. Keinginan Bandung Bondowoso untuk membuat seribu candi pun terpenuhi. Namun keinginannya untuk memperistri Loro Jonggrang sirna sudah. Ia tak mungkin memperistri patung.

Sampai sekarang, candi-candi tersebut masih berdiri dengan megah dan terletak di wilayah Prambanan Jawa Tengah. Orang sering menyebutnya dengan Candi Sewu. Sedangkan patung Loro Jonggrang sendiri sering disebut dengan Arca Durga.
 *** 

Lalu, ini cerita dari buku yang lain. Buku ini minim teks, dengan porsi ilustrasi yang jauh lebih besar. 



LORO JONGGRANG - DIY 
Loro Jonggrang gundah. Ayahnya, Raja Prambanan, baru saja gugur saat berperang melawan Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging.
Sekarang, Bandung Bondowoso menguasai Kerajaan Prambanan.
Dia bahkan hendak menjadikan Loro Jonggrang sebagai permaisurinya. Tentu saja Loro Jonggrang menolak.
Rupanya, penolakan Loro Jonggrang membuat Bandung Bondowoso marah. Dia lalu mengurung Loro Jonggrang dalam istana, bersama Bi Sumi dan dayang-dayang lain.

Tiap hari, Bandung Bondowoso terus mendesak Loro Jonggrang untuk menikah dengannya. Lama kelamaan, Loro Jonggrang bosan mendengarnya.
Akhirnya, Loro Jonggrang punya akal.
“Aku bersedia menjadi permaisurimu, tapi ada syaratnya. Jika kau berhasil memenuhinya, maka aku akan menikah denganmu. Tapi jika kau gagal, ijinkanlah aku pergi dari sini,”
Bandung Bondowoso menjawab dengan angkuh.
 "Apapun yang kau minta, pasti akan kuberikan. Jika sampai aku gagal, kau tak usah pergi dari sini. Aku akan mengembalikan kerajaan ini padamu,”

Loro Jonggrang tersenyum, “Jika begitu, buatkan aku seribu buah candi dalam semalam. Semuanya harus jadi sebelum matahari terbit,” pintanya mantap.
Bandung Bondowoso terhenyak. “Seribu candi dalam semalam?”
Namun, tak berapa lama kemudian, dia kembali tertawa pongah, “Aku akan berhasil memenuhi permintaanmu,”

Bandung Bondowoso lalu meminta tolong pada pasukan jin. Tentu saja seribu candi dalam semalam bukan hal yang sulit bagi mereka. Dalam waktu singkat, bangunan candi mulai tampak. Loro Jonggrang yang mengintip dari kamarnya, mulai gelisah.
‘Bi, kita harus melakukan sesuatu! Lihatlah, candinya hampir siap,” Loro Jonggrang panik. Bi Sumi pun ikut panik saat mengintip.

”Hamba punya akal. Ayo, ikuti Hamba,” seru Bi Sumi tiba-tiba.
Mereka berdua lalu menyelinap keluar kamar, dan menuju ke kamar dayang-dayang lain yang letaknya tak jauh dari kamar mereka.

Bi Sumi memerintahkan para dayang dan pengawal istana yang setia, untuk mengumpulkan jerami.
”Untuk apa, Bi?” bisik Loro Jonggrang.
Bi Sumi menempelkan telunjuknya di bibir. ”Kita akan membakar jerami ini, sehingga langit terkesan merah, pertanda matahari sudah terbit,”

Setelah jeraminya terkumpul cukup banyak, Bi Sumi membakarnya. Dia juga memerintahkan para dayang untuk menumbuk lesung.

Suara lesung yang bertalu-talu, ditambah semburat api yang memerah di langit, membuat suasananya mirip di pagi hari. Ayam jantan pun tertipu, dan berkokok keras-keras.
”Kukuruyukk....kukuruyukkk...”
Mendengar kokok ayam jantan, Bandung Bondowoso dan pasukan jin terkejut. Mereka melihat ke langit.
”Wah, ternyata hari sudah pagi. Kami harus pergi,” teriak para jin sambil meninggalkan tempat itu.

Bandung Bondowoso memandang candi-candi di hadapannya. Dia yakin, jumlahnya sudah seribu buah.
”Loro Jonggrang tak akan bisa mengelak,” Bandung Bondowoso mencari Loro Jonggrang.

Loro Jonggrang menghitung candi-candi yang sudah jadi.                                         
"997, 998, 999, dan....jumlahnya kurang satu!" pekik Loro Jonggrang
Bandung Bondowoso tak percaya. Dia lalu menghitung sendiri jumlah candinya. Ternyata memang benar, hanya 999 buah.
Bandung Bondowoso amat kecewa dan marah.
”Aku tak permah kalah! Apapun yang kuinginkan, pasti kudapatkan. Jika aku mau seribu candi, maka aku akan mendapatkannya,”
”Tapi, jumlahnya memang kurang satu. Kau harus menepati janjimu,” Loro Jonggrang ketakutan melihat amarah Bandung Bondowoso.

Bandung Bondowoso menyeringai. ”Jika begitu, kau saja yang melengkapi jumlah candi ini. Jadilah kau candi ke seribu!”
Dengan kesaktiannya, Bandung Bondowoso berhasil mengubah Loro Jonggrang menjadi patung batu. Patung itulah yang melengkapi jumlah candi menjadi seribu buah.
Sampai sekarang, candi-candi tersebut masih berdiri dengan megah dan terletak di wilayah Prambanan dan disebut dengan Candi Sewu.
  ***

Selamat membandingkan ^^

8 komentar:

  1. Makasih ci..
    Whaaa...baruuuuu..cakepan ini ci blognya..sukaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, minta tolong sama temen Veee. Aku ora iso utak atik blog. Gatek.

      Hapus
  2. salam mba Dian..Cerita rakyat untuk anak lebih ringkas dan to the point,ya,mba. Makasih sharing nya,mba :)

    BalasHapus
  3. Makasih, Kak Dian. Setidaknya jadi ada gambaran.

    BalasHapus

Happy blogwalking, my dear friends ^^