Jam 5 pagi, mobil jemputan kami telah tiba. Kami meminta tolong pada seorang teman yang punya jasa drop off ke airport, untuk menjemput kami. Kenapa nggak pakai taxi? Karena aku takut, taxi datangnya suka lama :(
Jam 6 kurang kami sudah nyampai di Juanda Airport.
Check in dan imigrasi, kami lalui dengan lancar. Sekarang, tinggal berdoa yang kenceng supaya anak-anak tidak takut saat pesawat tinggal landas. Maklum, ini pengalaman pertama mereka.
Tapi di luar dugaan, anak-anak malah enjoy tuh.
Aku malah curiga kalau Isman yang takut :))
Perjalanan selama dua jam kami lalui dengan lancar. Anak-anak sempat tidur di pesawat, setelah akhirnya kami landing dengan sempurna di Changi.
Nah, di Changi ini aku janjian sama teman di komunitas penulis bacaan anak. Febi.
Kami janji ketemuan di Burger King, di pintu keluar terminal 1 Changi.
Setelah proses imigrasi selesai, aku pun segera ke Burger King, dan Febi sudah menunggu dengan manis.
Ngobrol sebentar dengan Fe (dan ditraktir makan siang, makasih Fe), aku dan keluarga pun diantar ke pintu keluar dan mencari taxi.
Taxi di sini mudah dan drivernya nggak neko-neko.
Ongkosnya cukup murah, 20SGD dari Changi ke daerah Little India.
Tak sampai setengah jam, sampailah kami di hotel. Wow, hotelnya imut. Wilayah Little India pun (sedikit) kumuh. Pokoknya di luar dugaan deh, apalagi dengan stereotipe bahwa Singapore adalah negara yang bersih. Lha wong di trotoar Dickson Road ada bangkai tikus tergeletak begitu aja kok :(
Bau rempah-rempah juga menyengat di kawasan ini. Maklum saja, kebanyakan yang ada di sini adalah pedagang rempah dan juga kedai-kedai masakan India.
Gerald protes terus tentang hal ini. Maaf Nak, Mama juga nggak tahu :)
Hotelnya bernama Lofi Inn. Not bad, bersih. Servisnya ya biasa-biasa saja. Tapi yang penting, kamar mandi bersih, dan air melimpah. Semprotan untuk cebok juga tersedia :)
Itu yang paling penting.
Selesai check in, kami pun mulai mbolang. Sebelumnya kami mencoba dulu makan nasi Briyani yang amat tersohor itu. Percayalah, rasanya nggak enak :((
Sampai sore, aku masih gelegekan rasa Briyani. Haduh!
Satu porsi cukup mahal, yaitu SGD 9. Porsinya sih bisa dimakan dua orang. Tapi yang terjadi, Isman makan beberapa sendok, dan aku juga beberapa sendok, dan sisanya kami buang.
Mungkin bagi orang yang suka makan masakan India, nasi ini enak banget. Tapi bagi lidah kami, it's a big big no.
Kami lalu mencari stasiun MRT. Wah, ternyata deket banget dengan hotel kami. Baca peta MRT, lalu mengira-ngira harus naik jalur mana.
Kami lalu membeli tiket di mesin GTM. Agak ndeso sih, tapi syukurlah instruksinya amat jelas. Jadi, tak terjadi sesuatu yang fatal. Pembelian tiket pun lancar jaya.
Kami menuju ke stasiun Esplanade. Tujuan kami mau ke gedung Esplanade yang termahsyur itu. Eh, la kok setelah keluar dari stasiun, mana gedungnya?
Kami malah tersesat dalam satu mall bernama Suntec.
Tak mau putus asa, kami pun bertanya kanan kiri. Untungnya orang Singapore baik-baik loh. Mereka memberitahu dengan jelas, ke mana kami harus berjalan untuk menuju Esplanade.
Horee, akhirnya Esplanadenya ketemu! Apalagi, di tengah perjalanan kami juga menemukan Hotel Raffles (yang tersohor) dan monumen peringatan penjajahan Jepang. Jadi, kami foto-foto dulu.
Masuk ke Esplanade, kami menonton pertunjukan musik yang dimainkan oleh anak-anak muda. It's so amazing. Mereka main harmonika dan terompet!
Aku juga menyempatkan diri ngintip di perpustakaannya. Wah, suasananya lebih mirip resto daripada perpustakaan.
Cozy, remang-remang, dan dihiasi lampu2 cantik.
Beberapa anak muda terlihat serius membaca dan menulis (ya, menulis dengan pulpen. Bukan dengan laptop atau tablet). Rasanya aneh saja, melihat anak-anak muda itu serius tanpa gadget di sekitar mereka. Mau tak mau, aku teringat anak-anak muda di Indonesia yang amat gadget mania :)
Agak sorean, kami ke roof top. Di sini kami bisa melihat jelas bahwa atap gedung ini memang berbentuk kulit durian. Tak heran, gedung ini juga dijuluki sebagai Gedung Durian.
Saat melihat-lihat pemandangan dari atas, tiba-tiba Edgard menunjuk patung Merlion!
Huaaa, pintar sekali kamu Nak. Kita tak perlu bingung mencari patung Merlion.
Kami segera turun, menyusuri jembatan untuk menuju Merlion. Suasananya ramai sekali, namun tetap nyaman. Sepanjang jalan, ada bangku-bangku tempat beristirahat, plus penjual makanan kecil dan minuman (jus buahnya enak, hanya SGD 1.2 per gelas). Kami juga menyempatkan membeli es krim roti yang terkenal itu. Yummy, memang enak!
Akhirnya, kami sampai juga ke Merlion. Apa lagi yang kami lakukan kalau tak foto-foto :)
Edgard juga sibuk dengan kameranya, memfoto Merlion besar dan kecil dari segala sisi.
Puas foto-foto dan melihat-lihat, kami pun menuju City Hall. Kami ada janji dengan teman SMAku untuk makan malam.
Kami ditraktir Sushi Tei (huaa, aku nggak suka makanan Jepang). Rasanya enak, Isman dan Edgard doyan banget. Kalo Gerald, apa lagi kalau nggak pesan karage. Berasa makan Hoka2 Bento deh.
Lisa menemani kami pulang naik MRT. Lalu kami ngobrol sampai jam 1 malam di hotel.
Besok, kami akan diantarnya ke Sentosa Island.