Sabtu, 10 Mei 2014

Serba-serbi Menulis Naskah untuk Komik

Temans, ini saya rangkumkan pertanyaan-pertanyaan temans dalam kaitannya dengan penulisan naskah komik.

Rangkuman ini berasal dari tanya jawab yang diadakan di Komunitas Penulis Bacaan Anak dan dipandu oleh Kak Tethy Ezokanzo.

Tidak semua jawaban saya tuliskan, hanya hal-hal mendasar yang perlu diketahui dalam komik ^^

Happy reading.

1.  Cara mengirimkan naskah komik ke penerbit itu mirip dengan cara mengirimkan naskah pada umumnya. Kirimkan lengkap dengan sinopsisnya, dan contoh ilustrasinya. Nah, yang membedakan adalah, naskah komik sebaiknya berupa story line.
2.  Yang diajukan ke penerbit tentu lebih penting naskahnya ya. tapi lebih baik menyertakan contoh komik supaya penerbit ada gambaran seperti apa nanti komiknya. karena tidak  semua orang bisa membayangkan jika hanya baca storyline
3.  Sebenarnya proses komik ya mirip dengan proses pictorial book. Di pictbook, kita juga memberikan panduan ilustrasi, begitu juga di komik. Hanya saja, panduannya tentu lebih detail ke adegan, ekspresi, besarnya panel, arah kamera (apa disorot close up, atau long shoot dari jauh). Semakin detil semakin bagus. 
4.  Story line itu bisa dikerjakan dengan MS words saja. Dalam satu halaman, buat beberapa panel dan lengkapi dengan detil adegan, teks dialog, background, dll.
5.  Penulis bisa menggandeng sendiri illustrator/komikus yang akan mengerjakan komik ini. Atau, bisa juga penerbit yang menyediakan. Yang penting, harus ada kerjasama yang intens antara penulis dan komikusnya. Harus satu hati ^^
6. Di Jepang, pembuatan manga itu melibatkan banyak banget orang. ada penulis script, ada pembuat storyline, ada pembuat storyboard, ada inker, ada colorist. Jadi ini kerja tim. dan tentunya kekompakan tim akan menentukan bagus tidaknya nanti komik yang lahir.  Jadi pilihlah tim yang cocok. ada juga sih komikus yang semua dikerjakan sendiri, misalnya Herge pembuat komik Tintin. tentunya kalau piawai menulis juga menggambar, hasilnya akan lebih bagus, komiknya juga matching dan ber ruh
7. Jumlah panel dalam satu halaman tergantung kebutuhan. Kalau butuh gambar yang detail, misalnya lagi adegan kelahi. satu halaman 1-2 panel saja. Tapi ada juga adegan-adegan yang nggak perlu gambar besar. misalnya adegan beruntun: si A menulis, lalu A bingung. A meremas kertas, A nangis, A bobo... itu membosankan kan kalau sampai berhalaman-halaman. Cukup disatukan di satu halaman, misalnya 1 halaman 6-8 panel. dan tergantung ukuran halaman. nanti bisa dikira-kira pantasnya berapa panel agar enak dibaca. 
8.  Istilah-istilah yang kami pakai pada story line komik kami :
LS= long shoot, untuk arah kamera jauh
MS= Medium Shoot, untuk arah kamera menengah
CU= Close Up,
Ext= eksterior, untuk setting di luar ruangan
Int= interior, setting dalam ruang,
C=Caption. ada lagi zoom in zoom out.
Inner sound/suara perut.

9. Lebih jelasnya step by step membuat komik, bisa teman-teman baca disini: http://www.wikihow.com/Write-a-Comic-Book  
10. Cara membuat dialog di komik adalah dengan membayangkan adegannya. Seperti memutar film di kepala kita. Untuk yang sudah ada gambarnya, tak perlu diulang dengan kata-kata. msialnya orang terjatuh, tak perlu kita tulis si A terjatuh. Tapi cukup dengan inner sound: gubrag!!! misalnya
Tipsnya untuk efektif. coba dibayangkan sambil diucapkan dialognya. Sediakan juga kertas kosong di sebelah komputer untuk coret-coretan sketsa kasar storyboard.  

11. Setiap submit naskah. kami menyertakan lengkap dengan outline (yang berisi format buku, jumlah halaman, ukuran kertas, style ilustrasi, sinopsis, ringkasan cerita per bab, karakter tokoh hingga selling point). Jadi memang sudah lengkap tanpa diminta pun. sedangkan storyline juga disertakan sebagai contoh script komik. juga ditambah contoh ilustrasi (komik yang sudah jadi) beberapa halaman.  
12. Ada jenis komik minim dialog, yang disebut wordless comic atau silent comic. Biasanya komik jenis ini dipakai di komik-komik strip (komik yang satu halaman, langsung habis ceritanya). memang unik dan perlu kelihaian komikusnya agar gambar tersebut bisa bercerita tanpa kata. Banyak contohnya silent comic ini, salah satunya yang terkenal adalah "silent night" di komik "sin city" karya Frank Miller.
13. Beberapa komik dari Muslim Show juga termasuk yang silent comic. walaupun tanpa dialog, kita memahaminya. 
14. Tidak semua komik untuk anak-anak. Lihat saja komik Marvel, apalagi besutan Frank Miller yang noir dan gelap. Itu jelas bukan untuk konsumsi anak-anak dan sama sekali tidak kekanak-kanakan. Atau lihat komik moslem show, saya kira jauh dari kata kekanak-kanakan, malah moslem show menyoroti perilaku orang dewasa.  
15.  Proses pembuatan komik bisa dari naskah narasi. Namun bisa juga langsung membuat story line. Tahapannya : naskah narasi (tahap ini bisa dihilangkan)  -- story line -- story board (sketsa kasar gambar) yang sudah lengkap dengan pembagian besarnya panel -- sketsa detil/penciling -- inking/penintaan -- coloring (pewarnaan). Setelah beres, barulah teks dan balon kata dimasukkan. Inner sound juga dimasukkan dengan font yang unik supaya terlihat jelas.

Semoga membantu ya bagi teman-teman yang ingin menulis naskah komik. 

Jumat, 09 Mei 2014

MOMWRITER'S DIARY, menjawab semua pertanyaanmu akan dunia kepenulisan ^^

Berikut ini, aku berikan cuplikan-cuplikan kalimat yang kutulis dalam buku Momwriter's Diary ya.
Buku ini bukan buku teori menulis, bukan buku yang mengajarimu untuk membuat tulisan ini dan itu. Tapi buku ini berusaha menjawab semua pertanyaan dan kegalauanmu untuk menjadi seorang penulis. Dan semuanya kujawab berdasarkan pengalaman pribadiku.

Yuk, baca kutipan-kutipannya ^^


"Dalam hal ini, aku belajar sesuatu. Ternyata, penerbit itu tidak peduli apakah kita ini seorang maestro atau pemula. Mereka bahkan mungkin tidak peduli, siapa namamu dan jenis kelaminmu. Mereka hanya memedulikan naskahmu. Baguskah naskahmu? Apakah nantinya akan laku di pasaran? Itulah sebabnya sampai sekarang, aku sering menasihati teman-teman pemula yang masih maju mundur saat hendak menawarkan naskah ke penerbit."


"Jangan bingung. Saranku, gunakan hati dan akal sehat. Dari situ kita bisa memilah, mana menulis yang murni untuk mencari nafkah, dan mana yang hanya untuk bersenang-senang dan berbagi. Sampai sekarang, jangan salah, aku pun masih bersenang-senang dengan tulisan-tulisanku yang tidak kujadikan uang. Caranya? Hanya aku dan Tuhan yang tahu."


"Jika kita hanya mampu comot sana comot sini, mengekor sana mengekor sini, layakkah kita menganggap diri kita ini penulis? Apakah tidak ada suara hati yang berbisik, memberitahu bahwa kita telah melakukan hal yang salah? Sekali dua kali khilaf, itu wajar. Manusia adalah tempatnya khilaf. Tapi berulang kali?"


"Kurasa, di dunia penulisan ini sebaiknya sesama penulis harus saling membantu, bukannya saling bersaing. Kalau kita memang tahu bahwa teman yang memiliki potensi untuk menggarap naskah tertentu dan tahu bahwa penerbit A sedang membutuhkannya, kenapa kita tidak menjembatani mereka?
Ingat, hidup ini seperti cermin. Jika kita tersenyum padanya, maka ia pun akan tersenyum pada kita. Setuju? Setuju dong, pendapat orang cantik harus disetujui. Hehe…"


"Ingat, roda itu berputar. Penerbit yang dijelek-jelekkan, suatu saat bisa bangkit. Saat mereka bangkit, akankah mereka menghubungimu jika kamu pernah membullynya habis-habisan di hadapan khalayak?"

 

"Kita bisa memulainya dengan berpikir sederhana. Mencari ide, tidak perlu berpikir sampai ke langit ketujuh. Membayangkan sesuatu yang ada di awang-awang,  lama-kelamaan  akan membuat kita tertekan. Tulislah dulu apa yang ada di hadapan dan di pikiran kita. Tulislah saat itu juga. Pandanglah lurus ke depan. Ada apa di sana? Lihat, rasakan, dengarkan, hirup aromanya. Lalu tuliskan!"

"Kita hanya bisa mengendalikan diri kita sendiri, bagaimana sikap kita terhadap perilaku mereka. Dunia penulisan memang kadang kejam. Tetapi, seperti cermin, jika kita rajin tersenyum maka dunia pun akan tersenyum pada kita. Mari berkepala dingin. Mengalah bukan berarti kalah.  Baca lagi komentar pedas, kritik yang menyakitkan, dan lain-lain.  Pikirkan baik-baik. Pasti ada “sisi baik” yang ditawarkan oleh aneka kritikan itu."

"Coba bayangkan, kalau dalam sehari aku menulis satu cerita atau satu artikel, dalam setahun aku punya berapa? Kalau ada penerbit yang meminta naskah padaku, bukankah aku tinggal membuka folder-ku dan melihat apakah ada yang cocok? Jika ada lomba yang menggiurkan, bukankah aku tinggal melongok isi folder-ku juga? Kalau tidak ada yang cocok dan dealine-nya terlalu ketat, ya tidak usah ikut lomba."

Cukup ya, kutipan-kutipannya ^^

Oya, buku ini diselingi oleh komik-komik lucu yang menggambarkan keseharianku bersama keluarga dan lingkungan sekitarku.