Senin, 23 Januari 2017

Sales is always a SERVICE

Pada jaman dahulu kala, saya adalah seorang yang amat jutek.
Tidak mudah bertemu teman baru, tidak mudah ngobrol. Well, sampai sekarang pun sebenarnya masih begitu. Tapi udah berkurang banyak.

Yang berjasa pada perubahan diri saya adalah, sebuah perusahaan asuransi papan atas (no mention). Dulu, saya pernah mendapat training selama satu bulan di Jakarta, yang namanya 'SALES ACADEMY'.
Di sales academy itu, saya diajarkan untuk melayani. Bahkan, untuk bicara di telepon pun, ada tata caranya. Bibir harus selalu tersenyum, sehingga lawan bicaramu di seberang mendengar keramahanmu.

Di sana pula, saya diajari bahwa sales is always a service. Boleh saja kita jualan barang yang sama, harga yang sama (atau mungkin malah lebih mahal), namun selama service kita memuaskan, kita nggak usah takut kehilangan pembeli.

Takdir, membuat saya tidak bekerja lebih lanjut di bidang asuransi. Saya kemudian pindah ke bidang manufacturer. Tapi bener deh, semua yang saya dapatkan di sales academy, membuat saya lebih mudah menghadapi orang-orang dibanding dulu.

Sales is always a service. Benarkah begitu?
Menurut saya sih, iya. Soalnya, saya tipe orang yang memilih pelayanan baik, daripada harga murah tapi penjualnya jutek hihi.

Dulu, saya punya langganan jamu Jawa. Setiap kali saya datang, selalu disuguhin satu gelas sinom, for free! Bahkan jika saya bawa anak, anak saya juga dikasih.
Padahal, saya cuma beli sebotol dua botol seharga 3000 per botol (saat itu).
Sayang, si ibu sekarang sudah tidak jualan lagi. Konon, dia sakit.

Ada lagi onde-onde. Tiap pengunjung yang bawa anak-anak, langsung disodori onde-onde panas, yang ditaruh di kerucut kertas. Jadi kayak bentuk es krim gitu. Anak-anak pun senang.
Meski anak-anak saya masih bayi dan balita waktu itu, tetap saja diberi onde-onde gratis. Padahal, bayi mana bisa makan onde-onde kan?

Mereka berdua ini bukan perusahaan besar. Hanya pedagang kaki lima di pinggir jalan. Namun, mereka sudah mengerti konsep 'sales is always a service'. Nggak heran, warungnya selalu berjubel pembeli.

Akhir-akhir ini, saya meninggalkan JNE di wilayah A.
Kenapa? Karena pemiliknya, lambat sekali dalam melayani. Dia lambat, karena dia asyik ngobrol sama istri dan anaknya. Jadi, dia mengetik sambil ngobrol, kadang malah berhenti ngetik dan ngobrol seru sama istrinya.
Lha, saya ini dianggap lagi mannequin challenge atau gimana? Paketan seabrek, disambi ngobrol. Duh.
Oya, malah pernah satu kali, dia dan pegawainya ngetik resi saya. Pegawainya, sepertinya bukan pegawai beneran, tapi ART yang didayagunakan. Kelihatan, belum bisa ngetik. Masih tunak-tunuk bingung. Eh ... lha kok si pemilik dengan santainya bilang "Duh lapar nih. Makan dulu ah,"
ASEM!

Sebenarnya, saya dulu langganan JNE di wilayah B. Tapi karena sekarang anak-anak nggak les lagi di wilayah B, maka saya pun pindah haluan ke wilayah A, karena lebih dekat rumah.
Tapi ternyata kok pelayanannya beda banget.
Belum lagi tiap kali saya ngomong, "OKE ya Pak,"
Si Bapak always jawab, "Kenapa OKE? Wong cuma selisih seribu dua ribu aja kok,"

Dan itu tidak dikatakannya sekali dua kali saja. Tapi TIAP KALI saya datang ke sana dan minta OKE, dia selalu ngomong gitu.

Akhirnya, saya pun menemukan JNE lain di dekat sekolah anak saya. Alhamdulillah. Mbaknya masih muda, cekatan, dan nggak bilang "Kenapa OKE?"
Selain itu, si Mbak juga ramah menyapa (jika lagi sepi).

Saya pun memutuskan untuk pindah haluan. No more JNE di wilayah A. Yang di dekat sekolah ini aja deh, sudah pas pelayanannya. Ramah, cekatan, dan tidak banyak nanya.

Jadi, kenapa saya nulis ini?
Nggak ada apa-apa sih. Cuma kepikiran aja, betapa ketatnya persaingan saat ini. Kalau kita tidak memberi sesuatu yang lebih, bagaimana kita bisa bersaing?
Jika tidak bisa memberi lebih, at least jangan memberi kurang.

Buat kamu-kamu yang lagi berbisnis, ingatlah ... sales is always a service ^^

Jangan screen shoot perbincanganmu dengan pelanggan, lalu mentertawakannya ramai-ramai dengan followermu.
Jangan ngrasani pelangganmu di wall terbuka.
Jangan membodoh-bodohkan pelangganmu di wall terbuka, meski dia menanyakan stupid questions.

Terus terang, saya selalu menghindari membeli di olshop yang pernah mengcapture perbincangan dengan customer, lalu menertawakannya ramai-ramai.
Tentu, beda kasus kalau yang dicapture itu adalah penipuan transfer. Nggak apa-apa.

Yah gitu deh. Sebenernya tulisan ini mah ice breaker aja dari kemalasan saya menulis beberapa hari ini. Keasyikan tidur melulu ^^

Daaah ...

IKLAN : 
Komik Peribahasa
Harga : 89 ribu
Ilustrator : Wawan Kungkang
Penulis : Dian K dan Aan W