PROLOG
“Namamu lucu, ya?”
“Kayak nama di buku dongeng.”
Itulah reaksi orang-orang, saat aku menyebutkan namaku, Lupita.
Hmm, andai saja mereka tahu, apa arti di balik namaku.
Sama sekali nggak lucu! Ya, Mama tak bermaksud melucu saat memilih nama itu untukku. Bagaimana mau melucu, jika seorang pria yang Mama sebut “suami”, malah minggat demi wanita lain? Minggatnya pun, pas di hari Mama melahirkan aku.
Sempurna sekali, kan?
Sakitnya pasti seperti luka yang dikucuri cuka, garam, lalu dipanggang di atas bara api.
Namun, Mama adalah perempuan yang kuat. Dia bukan tipe wanita yang meratapi cinta, apalagi mengemis cinta.
“Lu pikir gua pengemis cinta?!!”
Konon itu yang Mama teriakkan saat rahimnya berkontraksi dan mengalami bukaan sepuluh. Aku sulit membayangkannya, bagaimana mungkin Mama bisa berpikir untuk meneriakkan hal semacam itu saat sakit mendera?
Dan… itulah namaku. Lupita, singkatan dari lu pikir gua pengemis cinta?
Seiring bertambahnya usiaku, Mama terus mencekokiku dengan kisah pengkhianatan Papa.
Oya, Mama juga menunjukkan foto Papa padaku. Alasannya sih, supaya kalau aku bertemu Papa—entah di mana dan kapan—aku bisa menonjoknya.
“Hajar sampai bonyok.” Mama menatap foto Papa dengan tatapan yang mengingatkanku pada tatapan ibu tiri di kisah Snow White saat memegang apel beracun dan memaksa Snow White untuk memakannya.
Sepertinya, “racun” kisah pengkhianatan yang Mama beberkan padaku, memengaruhi obsesiku pada pria. Aku tak tertarik pada pria lokal. Menurutku, pria lokal bukanlah pria setia. Aku ngomong begini bukan tanpa bukti.
Lihat saja tayangan infotainment. Hampir tiap hari berisi berita artis pria yang kawin lagi, atau selingkuh. Betul kan? Itu baru artis lho. Pejabat? Pebisnis? Sopir? Tukang siomay? Tukang parkir? Tukang jagal sapi?
Aku cukup beruntung. Dunia kerjaku mendukungku untuk berkenalan dengan banyak pria bule. Dari bincang bincangku dengan mereka, aku menarik kesimpulan bahwa mereka itu romantis dan amat menghargai wanita.
Aku juga menyimpulkan, once a bule said “I love you”, he really means it.
Nggak kayak pria lokal yang doyan mengumbar kata-kata cinta!
Nah, aku berharap, kisah hidupku akan berakhir seperti kisah di buku dongeng.
Live happily ever after,
Princess Lupita menikah dengan Prince Charming Bule.
Yippie!
Namun ternyata, hidup itu tak semulus paha noni Belanda, Jenderal!
Here comes my story…
Penasaraaaaaaaaaaaaaaaan #teriak :)
BalasHapushe he he ga komen ah< kasih jempol aja
BalasHapusHihihi, ider jempol ya. Makasih udah mampir. Sebenere malu juga, ini bukan blog kepenulisan, ini blog curhat ga penting. Makanya gak pernah aku woro2kan
BalasHapuspenasaraaaan..
BalasHapusBinta, ayo beli beli beli ^^
Hapusyiihaaa yiihaaa yihaaa ... lupita I proud to you girl. entah kenapa sejak di ruang itu aku selalu merasa lupita itu hidup. congratz mba ... sukaa deh sama prolognya. seperti yang kubayangkan :)
BalasHapusMakasih makasih. Sebenernya, aku ini agak sulit kalo nulis pure fiksi. Jadi, semua tokoh yang ada di Lupita, memang ada di dunia nyata. Jadi kalo berasa real, memang benar sih karena orangnya memang ada hihihi. Tapi ciyus, bukan aku lho
BalasHapuswuiyyy...baru tau nih blog-nya mba Diah heheeee... Aku mau donk Lupita-nya, udah edar di Gramedia / Toga Mas kah? atau harus nunggu penulisnya pulkam Desember? ;)
BalasHapusDian *typo xixixiii...
HapusHuahahaha, aslinya ini blog "rahasia", maksudku ini blog suka-suka aja Niek. Cuma untuk curhat, bukan untuk difollow dan berkomen ria. Tapi karena aku terlalu malas bikin blog baru, ya sudahlah ini aja. Lihat aja, blog e sederhana lan sepi. Soale memang ga pernah kuapa2kan kecuali curhat tok.
HapusEdar di luar jabodetabek, next week ya di Gramedia. Togamas gak onok.
siap2 beliii :D
BalasHapusHihihi, iyo beli yaaa.
HapusNggarai gregetennn...! So Dian!
BalasHapusSoooo meeeee! Hahaha, ga pernah serius yo aku iki >.<
BalasHapuskemaren ke Gramedia Gorontalo nyari si Lupita ternyata ga ada cik :'( nasib tinggal di pelosok, wkwkwkwk....
BalasHapusWaaa, mungkin belum masuk ya? Coba lagi bulan depan, barangkali masih naik kapal hihihi. Ah, Gorontalo mah gak pelosok2 amat ya. Mungkin distribusi belum merata
Hapushai mbaa Dian, baca sekelumit ceritamu atiku bikin dheg2 seeer... hehehe mantap juga ceritanya. Meskipun dalam hati aku masih galau nyari sekuel BOG ...hhihihi. Semoga bisa dapat novelnya ini juga deeh ^_^
BalasHapusHai Tanty, main ke Semarang dan beli di Gramedia yuuuk. Apa kabarmu? Lama tak ngobrol ya.
Hapuswuah... romantis komedi...sukaaaa... segenre sama naskah kang iwok nih...hehehe
BalasHapus(y) keren cici...
Iya Uni, bisanya masih yang semi lucu. Belum bisa yang serius amat :) Makasih udah membeli ya.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus