Nggak bisa dipungkiri lagi, socmed membuat kita berinteraksi dengan banyaaak sekali orang. Beberapa di antaranya, menjadi teman baru dan bisa jadi menjadi sahabat baru.
Namun ada juga yang hanya "hi" and then "bye". Nggak berinteraksi lebih lanjut.
Nah, tanpa disadari, dari pertemanan kita itu, ada beberapa yang memengaruhi perilaku dan pemikiran kita. At least, itu yang terjadi padaku.
Tentu saja, perilaku yang positif ya. Bukankah sejelek-jeleknya seseorang, dia pasti punya sisi positif?
Pagi ini, aku mau share beberapa nasihat dari teman yang memengaruhi pemikiran dan perilakuku. Tidak semuanya disampaikan langsung padaku, tapi aku membacanya di time line mereka. Tentu aku sudah lupa redaksi aslinya. Tapi yang penting intinya gitu deh.
Mungkin, mereka sendiri udah lupa bahwa mereka pernah ngomong hal-hal ini. Hihi, tapi pahala mereka tetap mengalir kan, karena menjadikanku (dan mungkin orang-orang lain) menjadi seseorang yang lebih baik. Insya Allah *kibas poni mau jadi orang baik*
Ini nama-nama mereka.
* Ary Nilandari - Orang membaca apa yang kamu tulis. Bukan apa yang kamu pikirkan.
Ucapan Mbak Ary ini selalu terngiang di benakku saat menulis. Ucapan beliau ini membuatku menulis dengan jelas, apa yang mau kusampaikan. Bukan muter-muter, yang akhirnya akan membuatku membela diri dengan berkata, "Maksudku tuh gini loh, nanti tokohnya kan gini, trus gitu gini gitu,"
Write it down! Itu pesan Mbak Ary. Pembaca itu membaca yang bisa dibaca. Kecuali pembacanya cenayang, bisa baca pikiranmu, hehe.
* Tatit Ujiani - Laopo nesu nang Facebook, ra ono gunane! Sabaaar ...
Mbak Tatit ini salah satu teman dunia maya, yang pada akhirnya menjadi sahabat di dunia nyata. Rumahnya deket sih, dan suka jajan. Klop lah denganku yang suka makan.
Pada jaman dahulu kala, saya adalah orang yang mudah naik darah. Merasa disindir seseorang, eh balik nyindir (so, apa bedanya ya saya jadi tukang nyindir yang nyindir si tukang nyindir?).
Saya suka meledak jika ada orang yang komen tak pantas di status saya. Atau langsung menegur kaum munafik (oh, tentu saja munafik menurut saya xixixixi).
Kata Mbak Tatit, laopo???? Orang tak perlu tahu apa yang kamu rasakan, terutama jika itu adalah hal yang negatif.
Sekarang, saya sudah berubah. Drunella jadi Cinderella. Hihihi. Nggak juga lah. Saya masih suka ngambek, masih suka nyinyir. Tapi saya berusaha keras menahan diri untuk nggak memposting hal-hal negatif. Kalo lagi kesal dan pengen nyinyir, ya tinggal main ke rumah Mbak Tatit. Makan bakso, sambil nyinyir. Jadi, the whole world nggak perlu tahu isi hati saya. Hanya Mbak Tatit dan tukang bakso yang tau :D
* Bambang Pamungkas - Saya ini pemain bola. Maka saya hanya akan menuliskan hal-hal tentang bola. Bukan hal lain.
Eh cieeeh, memangnya saya kenal sama Bambang? Hihihi, kenal lah. Seleb gitu loh. Makasih ya Mas Pamungkas, kamu menginspirasi saya deh.
Saya penulis, juga ibu dan istri. Maka saya berusaha isi postingan saya adalah hal-hal di dunia kepenulisan, dan dunia keluarga saya.
Sudah berapa penulis yang terjebak menjadi politisi dadakan? Tetiba jadi ahli bicara politik dengan modal membaca portal online gobal gabul?
Tentu tak masalah jika hal itu tak menimbulkan pertikaian. Tapi yang terjadi kan biasanya jadi debat kusir, saling menghina, dan rasis.
Saya nggak mau jadi kayak gitu. Saya kan, penulis bacaan anak. Mosok penulis bacaan anak yang suka mengajarkan kebaikan, malah bikin postingan-postingan yang menebarkan kebencian?
Saya manut Mas Pamungkas. Saya penulis. Saya ibu dan istri.
Saya sungguh nggak berani memposting tulisan di luar wilayah keahlian saya *suit suit, ahli ni ye*. Misalnya, masalah politik, kesehatan, agama. Huaaa, kagak berani deh. Apalagi cuma modal portal online.
Makasih Mas Pamungkas yang sudah mengingatkanku.
Selain dari tiga orang beliau ini, aku juga kadang mendapat "pencerahan" dari foto-foto yang beredar di socmed.
Aku pernah baca yang kayak gini:
"Jangan berkeluh kesah pada masyarakat socmed. 20% tak peduli, yang 80% senang kamu punya masalah,"
Nah, jleb banget. Bener juga. Jadi, sebisa mungkin saya nggak pake ngeluh di socmed. Anak sakit, anak nakal, suami cuek, tubuh remuk redam capek, editor minta revisi seabrek, dll, cukup simpan dalam hati. Bukankah semua orang pasti punya problem? Apa yang membuat berpikir bahwa problemmu lebih berat orang lain?
Malulah aku jika ngeluh anakku nakal, padahal di luar sana ada ibu yang menangis memohon pada Tuhan agar anaknya bisa jumpalitan dan ngacak-ngacak rumah.
Tentu saja, sesekali aku masih luput. Masih juga mengeluh di socmed. Namanya juga manusia kan yaaaa. Tapi semoga ngeluhku nggak persistent day by day, seolah tak ada kebaikan dalam hidupku.
Kalau kata Tethy Ezokanzo (nah satu lagi nih teman yang memengaruhiku), kabarkan hanya berita baik. Yang buruk-buruk simpan saja.
Berita baik yang menginspirasi orang lain, bukan berita baik yang menyakiti orang lain.
Sudah ah, cukup sekian.
Happy weeekend to you all!
Ecieee.padahal yg ngomong dah lupa.alhamdulillah kalau slengekanku kena di hati. :)
BalasHapusMasih kuingat dikau duduk di kursi ruang tamuku Mbak haha
HapusAku kok mendadak iri pingin makan pecelmsi ruang tamu mbak Dian >_<
Hapus