Seperti apa sih, menulis cerita rakyat dengan target pembaca umum?
Lalu, bagaimana jika target pembacanya anak-anak?
Saya akan cantumkan dua cerita berjudul sama, yang berasal dari dua buah buku saya. Keduanya memiliki target pembaca yang berbeda.
Silakan dibandingkan sendiri ya ^^
Cerita yang ini, berasal dari buku saya yang pertama. Buku ini berisi lebih banyak teks, dan target pembacanya adalah umum.
LORO JONGGRANG - DIY
Loro Jonggrang, putri Raja Prambanan, amat sedih dengan kematian ayahnya.
Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging telah membunuh ayahnya dan
mengambil alih kekuasaan.
Ia lalu mengajak Bi Sumi, pengasuhnya, untuk meninggalkan istana. Ia ingin
melupakan semua kenangan di istana itu.
Saat keduanya keluar melalui pintu gerbang utama, sekelompok pasukan telah
mencegat mereka. “Mau kemana kalian? Kami diperintahkan untuk menjaga Putri
Loro Jonggrang.”
“Maaf Tuan, kami hendak pergi dari istana ini,” jawab Loro Jonggrang.
Tiba-tiba terdengar suara dengan nada berwibawa, “Loro Jonggrang...kau tak
boleh pergi dari sini,”
Rupanya itu suara Bandung Bondowoso. Loro Jonggrang dan Bi Sumi gemetar.
Mereka takut jika Bandung Bondowoso membunuh mereka.
“A..a..ampun Tuanku. Mengapa
hamba tidak boleh pergi?” tanya Loro Jonggrang.
Sambil mendekati Loro Jonggrang, tangan Bandung Bondowoso mengangkat dagu
Loro Jonggrang.
”Maukah kau jadi permaisuriku? Kau sungguh cantik. Kau layak menjadi
permaisuri Bandung Bondowoso yang termahsyur,” katanya dengan angkuh.
Loro Jonggrang tersentak.
”Kurang ajar. Sudah membunuh ayahku, hendak memilikiku pula?’ pikirnya dengan marah. Ia tak sudi menjadi permaisuri orang yang sudah membunuh ayahnya. Namun Loro Jonggrang sadar, ia tak boleh gegabah. Sekelebat ide terlintas di benaknya.
“Hamba bersedia menjadi istri Tuan, tetapi tentu saja ada syaratnya. Anggap
saja ini permintaan mas kawin dari hamba." katanya.
Bandung Bondowoso menjawab dengan nada meremehkan, "Apapun yang kau
minta, pasti akan kuberikan,” jawabnya.
Loro Jonggrang menjawab “Jika begitu, buatkan hamba seribu buah candi
Tuan,”
"Seribu buah? Tak masalah, demi dirimu, akan kubuatkan segera," sahut Bandung Bondowoso.
”Namun candi-candi itu harus selesai dalam waktu semalam saja." imbuh Loro Jonggrang.
"Seribu buah? Tak masalah, demi dirimu, akan kubuatkan segera," sahut Bandung Bondowoso.
”Namun candi-candi itu harus selesai dalam waktu semalam saja." imbuh Loro Jonggrang.
Bandung Bondowoso tersenyum simpul. Dalam hati, ia membatin.
“Rupanya wanita ini ingin mengerjaiku. Dia belum tahu siapa aku,”
Tak mau kehilangan wibawanya, Bandung Bondowoso pun mengiyakan permintaan
Loro Jonggrang.
“Aku akan meminta tolong pada
pasukan jin. Seribu candi dalam semalam bukan hal yang sulit bagi mereka.” itu
rencana Bandung Bondowoso. Ya,
dia memang berteman dengan pasukan jin.
Malamnya, ia mulai melakukan
ritual untuk memanggil jin. Sambil mengangkat kedua tangannya, ia berteriak
“Pasukan Jin...datanglah! Aku memerlukan bantuan kalian!”. Ia terus meneriakkan
kata-kata itu. Dalam sekejap, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso.
"Apa yang harus kami lakukan,
Tuan?"tanya pemimpin mereka.
"Buatkan aku seribu candi dan selesaikan semuanya malam ini juga," perintah Bandung Bondowoso. ”Siap Tuanku!” jawab mereka.
"Buatkan aku seribu candi dan selesaikan semuanya malam ini juga," perintah Bandung Bondowoso. ”Siap Tuanku!” jawab mereka.
Para jin mulai bekerja. Benar saja, dalam waktu yang amat singkat,
bangunan candi sudah mulai tampak tersusun.
Bandung Bondowoso menepuk dada.
”Kau tak bisa lari kemana-mana Loro Jonggrang.” katanya dalam hati.
Diam-diam, Loro Jonggrang mengintip dari kamarnya. Ia tak menyangka bahwa
Bandung Bondowoso dibantu oleh pasukan jin. ”Gawat, seribu candi itu akan
segera selesai. Aku harus segera melakukan sesuatu. Aku tak sudi menikah
dengannya.”
Loro Jonggrang lalu membangunkan Bi Sumi yang terlelap. ”Bangun Bi,
aku butuh bantuan Bi Sumi” bisik Loro Jonggrang sambil menggoyang-goyangkan
badan Bi Sumi.
”Bi, apa yang harus kita lakukan? Coba lihat ke arah sana. Bandung
Bondowoso memanggil pasukan jin untuk membantunya.” tanya Loro Jonggrang dengan
bingung. Bi Sumi memandang keluar kamar. Ia mengucek-ucek matanya seolah tak
percaya. ”Candi itu sudah hampir selesai ... gawat!” teriaknya panik.
Bi Sumi keluar kamar. Ia membangunkan semua dayang dan pengawal
istana.
”Apa yang
akan kita lakukan Bi?” tanya mereka bingung.
Bi Sumi menjelaskan, ”Jin itu
takut pada sinar matahari. Jika matahari terbit, mereka akan lari, jadi candi-candi
itu tak akan selesai.”
”Tapi itu tak mungkin Bi ... sekarang kan masih tengah malam. Bagaimana
bisa ada sinar matahari?” sahut Loro Jonggrang tak mengerti.
”Ssttt...kau diam saja. Ayo semuanya, ikuti aku.” kata Bi Sumi. Mereka lalu
mengendap-endap menuju ke sebelah timur istana.
Bi Sumi memerintahkan para
dayang dan pengawal istana untuk mengumpulkan jerami. Loro Jonggrang pun ikut
pontang panting mengumpulkan jerami.
Setelah terkumpul setumpuk jerami, Bi Sumi mengambil obor dan membakar
semua jerami itu. Selain itu, Bi Sumi juga memerintahkan para dayang untuk
menumbuk lesung.
”Dung..dung...dung...” suara lesung ditumbuk pun bertalu-talu. Api semakin
besar, semburatnya membuat langit tampak merah.
Diiringi dengan suara lesung yang ditumbuk, suasananya mirip suasana di
pagi hari.
Ayam jago pun tertipu oleh keadaan itu dan berkokok keras-keras.
”Kukuruyukk .... kukuruyukkk ...”
Pasukan jin bingung. Mereka menengok ke langit. ”Wah, matahari sudah
terbit. Ayo cepat pergi,” teriak pemimpinnya. Mereka kemudian lari berhamburan.
Bandung Bondowoso tak memusingkan hal itu, karena ia melihat candi-candi itu
sudah berdiri dengan megah. ”Loro Jonggrang pasti akan terpana melihat
candi-candi ini,” katanya sambil tersenyum puas.
”Lihat, candi yang kau minta sudah berdiri.” kata Bandung Bondowoso pada
Loro Jonggrang.
Loro Jonggrang menjawab, ”Hamba harus menghitung jumlah candi
ini. Betulkah semuanya berjumlah 1000 buah?”
”Silahkan,”jawab Bandung Bondowoso.
"997,998,999,dan....jumlahnya kurang satu!" pekik Loro
Jonggrang.
"Tuan telah gagal memenuhi syarat yang hamba ajukan".
”Tak mungkin! Aku melihat sendiri para jin membangun candi ini.
Atau...jangan-jangan...?” Bandung Bondowoso menatap Loro Jonggrang dengan
tajam. ”Apa yang telah kau lakukan?”
Loro Jonggrang ketakutan dan mundur
selangkah.
”Tak ada seorang pun yang bisa mengalahkan aku. Jika aku
menginginkan seribu candi, maka aku akan mendapatkan seribu candi!” teriak Bandung
Bondowoso marah.
”Ampun Tuanku ... tapi hamba tidak salah. Jumlahnya memang
kurang satu.” jawab Loro Jonggrang. Bandung Bondowoso menyeringai ”Jika
demikian, kau saja yang melengkapinya. Jadilah kau candi ke seribu!”
Bandung Bondowoso memang sungguh orang yang sakti. Dalam sekejap, tubuh
Loro Jonggrang berubah menjadi patung batu. Patung itu melengkapi jumlah
candi menjadi seribu buah. Keinginan Bandung Bondowoso untuk membuat seribu
candi pun terpenuhi. Namun keinginannya untuk memperistri Loro Jonggrang sirna
sudah. Ia tak mungkin memperistri patung.
Sampai sekarang, candi-candi tersebut masih berdiri dengan megah dan
terletak di wilayah Prambanan Jawa Tengah. Orang sering menyebutnya dengan
Candi Sewu. Sedangkan patung Loro Jonggrang sendiri sering disebut dengan Arca
Durga.
***
Lalu, ini cerita dari buku yang lain. Buku ini minim teks, dengan porsi ilustrasi yang jauh lebih besar.
LORO JONGGRANG - DIY
Loro Jonggrang gundah. Ayahnya, Raja Prambanan, baru saja gugur saat
berperang melawan Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging.
Sekarang, Bandung Bondowoso menguasai Kerajaan Prambanan.
Dia bahkan hendak menjadikan Loro Jonggrang sebagai permaisurinya. Tentu
saja Loro Jonggrang menolak.
Rupanya, penolakan Loro Jonggrang membuat Bandung Bondowoso marah. Dia lalu
mengurung Loro Jonggrang dalam istana, bersama Bi Sumi dan dayang-dayang lain.
Tiap hari, Bandung Bondowoso terus mendesak Loro Jonggrang untuk menikah
dengannya. Lama kelamaan, Loro Jonggrang bosan mendengarnya.
Akhirnya, Loro Jonggrang punya akal.
“Aku bersedia menjadi permaisurimu, tapi ada syaratnya. Jika kau berhasil
memenuhinya, maka aku akan menikah denganmu. Tapi jika kau gagal, ijinkanlah
aku pergi dari sini,”
Bandung Bondowoso menjawab dengan angkuh.
"Apapun yang kau minta, pasti akan
kuberikan. Jika sampai aku gagal, kau tak usah pergi dari sini. Aku akan
mengembalikan kerajaan ini padamu,”
Loro Jonggrang tersenyum, “Jika begitu,
buatkan aku seribu buah candi dalam semalam. Semuanya harus jadi sebelum
matahari terbit,” pintanya mantap.
Bandung Bondowoso terhenyak. “Seribu candi
dalam semalam?”
Namun, tak berapa lama kemudian, dia
kembali tertawa pongah, “Aku akan berhasil memenuhi permintaanmu,”
Bandung Bondowoso lalu meminta tolong pada
pasukan jin. Tentu saja seribu candi dalam semalam bukan hal yang sulit bagi
mereka. Dalam waktu singkat, bangunan candi mulai tampak. Loro Jonggrang yang
mengintip dari kamarnya, mulai gelisah.
‘Bi, kita harus melakukan sesuatu!
Lihatlah, candinya hampir siap,” Loro Jonggrang panik. Bi Sumi pun ikut panik saat mengintip.
”Hamba punya akal. Ayo, ikuti Hamba,” seru
Bi Sumi tiba-tiba.
Mereka berdua lalu menyelinap keluar
kamar, dan menuju ke kamar dayang-dayang lain yang letaknya tak jauh dari kamar
mereka.
Bi Sumi memerintahkan para dayang dan
pengawal istana yang setia, untuk mengumpulkan jerami.
”Untuk apa, Bi?” bisik Loro Jonggrang.
Bi Sumi menempelkan telunjuknya di bibir.
”Kita akan membakar jerami ini, sehingga langit terkesan merah, pertanda matahari
sudah terbit,”
Setelah jeraminya terkumpul cukup banyak,
Bi Sumi membakarnya. Dia juga memerintahkan para dayang untuk menumbuk lesung.
Suara lesung yang bertalu-talu, ditambah
semburat api yang memerah di langit, membuat suasananya mirip di pagi hari.
Ayam jantan pun tertipu, dan berkokok keras-keras.
”Kukuruyukk....kukuruyukkk...”
Mendengar kokok ayam jantan, Bandung
Bondowoso dan pasukan jin terkejut. Mereka melihat ke langit.
”Wah, ternyata hari sudah pagi. Kami harus pergi,” teriak para jin sambil meninggalkan tempat itu.
”Wah, ternyata hari sudah pagi. Kami harus pergi,” teriak para jin sambil meninggalkan tempat itu.
Bandung Bondowoso memandang candi-candi di
hadapannya. Dia yakin, jumlahnya sudah seribu buah.
”Loro Jonggrang tak akan bisa mengelak,” Bandung
Bondowoso mencari Loro Jonggrang.
Loro Jonggrang menghitung candi-candi yang
sudah jadi.
"997, 998, 999, dan....jumlahnya
kurang satu!" pekik Loro Jonggrang
Bandung Bondowoso tak percaya. Dia lalu
menghitung sendiri jumlah candinya. Ternyata memang benar, hanya 999 buah.
Bandung Bondowoso amat kecewa dan marah.
”Aku tak permah kalah! Apapun yang
kuinginkan, pasti kudapatkan. Jika aku mau seribu candi, maka aku akan
mendapatkannya,”
”Tapi, jumlahnya memang kurang satu. Kau
harus menepati janjimu,” Loro Jonggrang ketakutan melihat amarah Bandung
Bondowoso.
Bandung Bondowoso menyeringai. ”Jika
begitu, kau saja yang melengkapi jumlah candi ini. Jadilah kau candi ke
seribu!”
Dengan kesaktiannya, Bandung Bondowoso
berhasil mengubah Loro Jonggrang menjadi patung batu. Patung itulah yang
melengkapi jumlah candi menjadi seribu buah.
Sampai sekarang, candi-candi tersebut
masih berdiri dengan megah dan terletak di wilayah Prambanan dan disebut dengan
Candi Sewu.
***
Selamat membandingkan ^^
Makasih ci..
BalasHapusWhaaa...baruuuuu..cakepan ini ci blognya..sukaa
Hihihi, minta tolong sama temen Veee. Aku ora iso utak atik blog. Gatek.
Hapussalam mba Dian..Cerita rakyat untuk anak lebih ringkas dan to the point,ya,mba. Makasih sharing nya,mba :)
BalasHapusSama-sama. Semoga bermanfaat ya
Hapusmakasih Mbk tipsnya keren
BalasHapusSama2 ^^
HapusMakasih, Kak Dian. Setidaknya jadi ada gambaran.
BalasHapusSama-sama ^^
Hapus